Selasa, 26 Juni 2012

Let Go



Let Go 

Gagasmedia - 2009 - Novel fiksi 244 halaman

 

" Tenyata, keajaiban itu justru sedang kualami, kurasakan, dan kujalani. Ternyata, hidup adalah keajaiban itu sendiri" - Nathan


Let Go.. Novel yang cukup renyah sepeti tayangan FTV siang bolong. Kehadiran tokoh Raka, Nadya, Nathan, Sarah yang begitu kuat mampu membuat cerita begitu hidup. Berbagai kebetulan yang cenderung klise justru dihadirkan secara natural oleh Windhy sang penulis novel. Seolah hal-hal tersebut bukan rekaan.  Pembagian intensitas antara lakon dan figuran pun pas. Intinya menceritakan kehidupan Raka tapi hampir seluruh cerita masing-masing tokoh tersampaikan dalam takaran yang sangat pas.

Raka siswa SMA yang bercita-cita sebagai sutradara tapi suka bikin ulah ini terpaksa mendapat hukuman dari Bu Ratna mengurus sebuah mading bersama tiga orang temannya. Dan mereka juga satu kelas! Kepribadian Nadya sang ketua kelas, personil OSIS, anak PMR yang super sibuk dan kadang-kadang cenderung acuh pada hal-hal kecil, Nathan yang sangat super genius tapi dingin, atau Sarah yang penakut, diam, tapi menghanyutkan yang jelas-jelas mereka bertiga sangat bertolak belakang akhirnya bersatu karena keberadaan Raka si biang ikut campur. Setidaknya Raka yang punya peran paling besar dalam memanggil hal-hal tersembunyi, sesuatu yang luar biasa dari ketiga temannya itu. Bukan kebetulan, tapi takdirlah yang mempersatukan mereka menjadi sahabat yang saling melengkapi. Meskipun Raka pemilik porsi terbesar dalam cerita, justru Nathan-lah yang mengajarkan arti ikhlas dari sebuah kehilangan.

"... Aku baca buku karena aku suka, bukan karena aku mengharap suatu penilaian orang-orang di sekitar aku. Bukan karena aku ingin dianggap hebat atau pintar atau berpendidikan atau beradab cuma karena udah baca sebuah karya sastra. Puas?"- Raka


Selain menyajikan persahabatan, penulis juga menyajikan paket lengkap love story yang dikemas rapi dalam setiap konflik yang dihadirkan. Penulis juga lihai menyisipkan quotes-quotes populer dan unsur pengetahuan yang tidak terkesan menggurui. Penulis justru menaruh inti dan makna judul di akhir cerita mungkin dengan maksud agar pembaca terus penasaran agar menyelesaikan novel tersebut. Sayangnya, semakin kebelakang entah mengapa intensitas kekuatan cerita itu semakin melemah. Beberapa part sempat menjadi scene-scene garing yang tidak terlalu penting. Tapi jangan khawatir, di bab terakhir Insyaallah tidak menyesal. Thumbs up!  Good enough :)

"orang yang nggak bisa menghargai dirinya sendiri, nggak akan pernah bisa menghargai orang lain." - Nathan


Jumat, 15 Juni 2012

Dream Catcher

Dream Catcher

Alanda Kariza

Gagasmedia - 2012 - Non Fiksi 220 halaman


Seorang pemudi Indonesia yang masih peduli akan nasib masa depan generasi muda adalah penulis buku ini. Buku non fiksi yang dikemas secara cantik dengan design yang menarik luar dalam mampu membuat pembaca betah membaca buku ini berlama-lama. Buku ini lebih banyak menceritakan step-step meraih mimpi dari sudut pandang dan pengalaman sang penulis selama ini. Selain di dukung dengan interview beberapa tokoh-tokoh sukses di sekeliling Alanda, kita juga diberi ruang kosong untuk menumpahkan apa-apanya sang pembaca. Motivasinya menggugah pembaca yang mungkin sempat tertidur panjang karena lalai akan kewajibannya.  Sebenarnya buku ini pantas-pantas saja dibaca semua umur. Tapi sedikit kelemahannya mungkin buku ini sedikit kurang komunikatif. Hanya sedikit.. Atau mungkin hanya perasan ane saja Karena menurutku setiap orang memiliki cara, gaya, dan tujuan hidup yang berbeda-beda. Tetapi Alanda sedikit memaksakan semuanya itu sama. :D
Dan ane cukup dibingungkan dengn sebuah quotes :


"Having no plan 'B' makes us driven not to fail."



Bahasanya mudah dicerna meskipun sering diselipkan bahasa asing. Quotes-quotes apik senantiasa menghiasi halaman demi halaman.Ane nggak tau harus bilang apalagi. Mending baca sendiri buku pelopor TCFT dan IYC ini ya! 1,5 Thumbs up! MAJU TERUS GENERASI MUDA INDONESIA!


Kamis, 14 Juni 2012

Dan SNMPTN itu tiba..

12 Juni 2012

Setelah penantian sekian lama, tenyata tidak terasa perang itu akan dimulai setengah jam lagi. Dari kos di jalan Bekatonik no 27 tempat ane numpang hidup gratis selama 3 hari, ane jalan kaki ke gedung ITENAS yang ternyata cukup lumayan bikin kaki kaget (ketahuan jarang olahraga). Inilah momen-momen dimana ane bisa menghirup udara kota Bandung. Norak? Iya. Sedikit cerita, mendengar kota Bandung ane itu justru takut. Menurut ane Bandung itu pergaulannya ngeri, gaya hidupnya ngeri, intinya ane minder abis kalo denger kota itu (ketauan korban sinetron, FTV, dan tayangan produk Indonesia). Lah kalo dipikir-pikir emang cuma Bandung yang kayak gitu? Emang Jakarta enggak? Nggak usah jauh-jauh, pergaulan di kota kecil tempat ane tumbuh dari kecil aja udah menjijikkan. Berasa kemakan omongan sendiri "Semua tergantung pribadi masing-masing".

Ok, kembali ke track! Sampai ITENAS.. Ya ane merasa seperti makhluk asing yang mendarat di tempat yang sedikit suram. Pasalnya ane dikelilingi cewek-cewek modis dan cowok-cowok *ehm semacam smash bertebaran.  Anehnya ruangan ane itu isinya anaknya pada diem-dieman, konsen  sok sibuk ke hape masing-masing, sementara ane cuma khidmad melihat papan tulis. Pagi yang garing.

Pengawas masuk, gile bener cerewetnya. Banyak komen. Kayaknya cuma ane yang nggak punya KTP di ruangan itu dan ane lupa naruh katru pelajar. Mungkin hari itu aku habis kalo nggak bawa KK juga. Yep, setidaknya TPA bisa kulewati meski nyesel masih banyak yg belum dikerjain cause of limited time. Break time.. Pengen pipis.. Sialnya kamar mandinya itu lho naas banget. Kran mati dan air bak seperti sungai musim kemarau yang nggak niat nampung air. Sori, ITENAS cantik dari luar tapi dalemnya.. lebih parah dari toilet SMA ane. Sudah lupakan! Waktu istirahat itulah ane nemu dua anak lagi ngobrol di tangga. Dengan muka tanpa dosa ane duduk di samping mereka dan sok kenal ehm maksudnya ngajak kenalan. Terus ada anak satu lagi gabung. Mereka sama-sama anak Cimahi ternyata. Hah, mereka bukan anak tengah kota, sundanya medhok. Tapi ramah euy.. Nggak somse sok sibuk sama BB. Uniknya diantara kita berempat, tiga diantaranya ngambil jurusan yang berbau bahasa Indonesia. Ya Allah... aku tak sendirian..

Mereka ternyata asyik. Kita ngobrol sampe tiba saatnya sesi KemDas. Kita beda ruang ternyata.What the.. aku cuma bisa ngerjain 5 soal matem. itupun nggak yakin. takut-takut kayak try out neutron kemarin ngerjain 7 salah semua. Bahasa inggris pun bunuh diri gara-gara waktu mau abis ane ngawang alias ga baca teks langsung jawab.

That's all. setelah ngobrol sambil jajan lumpia di depan sama Teh Wulan (anak cimahi tadi), ane balik kos sambil membawa oleh-oleh Batagor untuk mama :3

13 Juni 2012

Anak IPS (ralat : anak yang ngambil jurusan IPS) tesnya jam 10. Jadi jam 8 aku masih nyantai dan belum mandi. Kos sepi. Entah teteh-tetehnya udah berangkat kuliah atau pada molor di dalem. Sambil review soal-soal IPS, aku merasa makin tolol. Jadi sebenernya aku makhluk apa.. Nekat murtad dari IPA tapi juga nggak ngerti IPS. Tapi dari kemurtad-an itulah ane baru ngerti belajar sejarah lebih berguna dari fisika -__- (ketahuan tergolong makhluk gagal move on) .

Tet jam 9 seperempat ane ngacir dari kos. Agak gimana gitu waktu lewat asrama anak-anak Ternate.  (Asrama Khusus Dari Pemerintah Ternate untuk Anak Ternate, ajib daah). Tiap hari mereka nyanyi, dan emang bener suara anak ternate itu mangstap sekalee..

Karna males jalan kaki, ane ngangkot sampe ITENAS. Di tangga ketemu teteh-teteh cimahi lagi. Ya gitu tau-tau pengawas udah dateng. Kali ini tes kemampuan IPS. Ya Allah kuatkan hambamu.. Naon, ini soal bikin galau pisan! Selalu dihadang 2 pilihan jawaban yang sulit. Maka berefek selesai ngerjain soal ane cuma ngobrol sebentar dan nggak ikutan ngeceng lagi sama teteh-teteh cimahi. Bahkan batagor asli bandung yang menurut ane enak daripada yang ada di depan Neutron Pati pun tiba-tiba membuat ane kehilangan mood untuk menyantapnya. Pusing bener dah!

Tapi sore ini juga ane harus cabut dari Bandung. Tiba-tiba merasa kehilangan. Bandung itu nggak seperti yang ane kira. Ada teteh-teteh di kos dan teteh-teteh cimahi yang ramah, Ti dan Kak Ri yang jauh-jauh dri ternate demi ikut SNMPTN, angkot yang tiap menit ada dan nggak ngetemp lama, jalan yang selalu penuh kendaraan, cewek-cewek bandung yang terbukti emang geulis (dari 10 wanita 7 diantaranya pasti geulis : perumpamaan teh Nike),  makanan yang mahal-mahal, dan udara yang super adeem. Siang-siang jalan telanjang pun rasanya nggak kebakaran kayak di Kudus dan Pati, tapi jangan tanya kalo malem sama pagi - dingin stadium xxx.  T_T. Ane norak? Biarin ah! Aku dapet pelajaran (lebih tepatnya peringatan lagi) : jangan hanya melihat sesuatu dari luarnya saja.

Kalo suatu saat nanti ane bisa hidup 4 tahun di UNPAD-Jatinangor (amiiin), aku bersyukur (walaupun ane belum pernah tau wujud UNPAD itu kayak apa dan mendadak milih disitu yang sama sebelumnya sekali tak pernah terpikir) . Kalau belum rezeki ya.. Semoga diberi tempat yang pantas. Amiiin