Public
speaking merupakan seni menyampaikan suatu informasi secara efektif dan
efisien di depan umum. Seni ini bisa mempengaruhi banyak orang karena seni public speaking memiliki tujuan yakni
menghibur, membangkitkan perasaan, serta memprovokasi seseorang agar melakukan
suatu tindakan.
Namun bagi sebagian orang seni ini menjadi sebuah
momok yang mengerikan. Terutama bagi orang yang masih merasa kurang percaya
diri dan terkesan kaku ketika melakukan seni berbicara di depan publik. Ketika
mendapat giliran berbicara di hadapan banyak orang jantung berdebum sangat keras,
bulu kuduk meremang, seluruh badan menjadi panas dingin, lidah kelu, dan tawa
audiens seolah olah menjatuhkan mental. Gara-gara grogi, fokus menjadi buyar.
Semua yang ada di kepala ter-delete
begitu saja.Sehingga hasilnya kata-kata yang keluar dari mulut menjadi
berantakan.
Lalu adakah cara menghindari kejadian konyol seperti
itu saat ber-public speaking?
Bagaimana cara menguasai diri sendiri dan audiens? Mari simak beberapa tips
yang bisa kita praktekkan untuk meminimalisir rasa grogi ketika berbicara di
hadapan orang dalam jumlah jamak.
Atur nafas saat hendak memulai berbicara. Hal ini
dapat membantu mengkondisikan seluruh bagian tubuh kita untuk bersiap sekaligus
meredakan degup jantung. Sebisa mungkin awali dengan senyuman dan edarkan
pandangan menyapu ruangan untuk
beradaptasi dengan kondisi dalam waktu singkat. Kirimkan sugesti pada diri
sendiri dengan menganggap audiens sebagai sahabat atau keluarga kita sendiri.
Seakan-akan kita sedang melakukan sebuah obrolan dengan mereka. Mulailah
berbicara dengan menyapa dan mengucapkan salam pada audiens. Kemudian
perkenalkan diri kita dengan menyebut nama dan asal kita.
Ada beberapa teknik yang perlu kita perhatikan saat
kita menyampaikan informasi di depan banyak orang yakni intonasi, aksentuasi,
artikulasi, kecepatan, bahasa tubuh dan mata, serta penampilan.
Intonasi berkaitan dengan nada saat kita berbicara.
Kita harus mengontrol nada suara kita agar lebih enak didengar, tidak terlalu
tinggi dan tidak terlalu rendah. Temukan nada yang pas seperti saat kita
bercakap-cakap biasa dengan orang lain.
Aksentuasi adalah cara kita menyampaikan dengan
menciptakan gaya bicara sendiri yang khas. Bagaimana meletakkan penekanan-penekanan
pada kata tertentu agar lebih banyak perhatian audiens yang tertuju pada kita.
Artikulasi menjadi aspek penting juga karena
menentukan bagaimana suara kita dapat didengar dengan jelas. Agar artikulasi
kita terdengar baik, kita bisa berlatih mengucapkan huruf-huruf vocal dengan
benar.
Kecepatan berbicara kita pun diperhatikan. Sebab
kita sedang berbicara untuk orang lain, bukan untuk diri sendiri. Audiens juga
perlu memahami apa yang kita katakan. Jadi kita harus menyesuaikan tempo agar
audiens bisa menyerap informasi yang kita samapaikan.
Selain kita berbicara dengan mulut, kita pun harus
melibatkan anggota tubuh termasuk mata. Ini yang kita sebut dengan komunikasi
non-verbal. Gerakan-gerakan tangan dan badan kita bisa membantu perhatian
audiens untuk memvisualisasikan apa yang kita ucapkan. Sedang bahasa mata lebih
menunjukkan seberapa besar kesungguhan kita dalam menyampaikan sesuatu.
Yang terakhir yaitu penampilan kita bisa saja
berpengaruh pada audiens. Bagaimana pakaian yang kita kenakan bisa menaruh
judgement orang lain untuk diri kita. Baju yang terlalu mencolok juga dapat
menganggu konsentrasi audiens. Cukup kenakan pakaian yang sederhana tetapi
rapi.
Untuk menjadi public
speaker yang baik memang tidak bisa dilakukan secara yang instan. Beberapa
poin diatas hanya sekedar tips untuk membuka mata kita bahwa semua sebenarnya
bisa berbicara di hadapan umum dengan baik, hanya saja kita harus membenarkan
beberapa hal yang kurang tepat. Cobalah berlatih di depan kaca. Apalah artinya
sebuah tips jika tidak dipraktikkan. (Ridha A.Rizki)
Untuk Tugas Praktikum PTI.
Sumber referensi : Kiat Praktis Komunikasi, Terry
Felber – Penerbit BIP