Let Go
Gagasmedia - 2009 - Novel fiksi 244 halaman
" Tenyata, keajaiban itu justru sedang kualami, kurasakan, dan kujalani. Ternyata, hidup adalah keajaiban itu sendiri" - Nathan
Let Go.. Novel yang cukup renyah sepeti tayangan FTV siang bolong. Kehadiran tokoh Raka, Nadya, Nathan, Sarah yang begitu kuat mampu membuat cerita begitu hidup. Berbagai kebetulan yang cenderung klise justru dihadirkan secara natural oleh Windhy sang penulis novel. Seolah hal-hal tersebut bukan rekaan. Pembagian intensitas antara lakon dan figuran pun pas. Intinya menceritakan kehidupan Raka tapi hampir seluruh cerita masing-masing tokoh tersampaikan dalam takaran yang sangat pas.
Raka siswa SMA yang bercita-cita sebagai sutradara tapi suka bikin ulah ini terpaksa mendapat hukuman dari Bu Ratna mengurus sebuah mading bersama tiga orang temannya. Dan mereka juga satu kelas! Kepribadian Nadya sang ketua kelas, personil OSIS, anak PMR yang super sibuk dan kadang-kadang cenderung acuh pada hal-hal kecil, Nathan yang sangat super genius tapi dingin, atau Sarah yang penakut, diam, tapi menghanyutkan yang jelas-jelas mereka bertiga sangat bertolak belakang akhirnya bersatu karena keberadaan Raka si biang ikut campur. Setidaknya Raka yang punya peran paling besar dalam memanggil hal-hal tersembunyi, sesuatu yang luar biasa dari ketiga temannya itu. Bukan kebetulan, tapi takdirlah yang mempersatukan mereka menjadi sahabat yang saling melengkapi. Meskipun Raka pemilik porsi terbesar dalam cerita, justru Nathan-lah yang mengajarkan arti ikhlas dari sebuah kehilangan.
"... Aku baca buku karena aku suka, bukan karena aku mengharap suatu penilaian orang-orang di sekitar aku. Bukan karena aku ingin dianggap hebat atau pintar atau berpendidikan atau beradab cuma karena udah baca sebuah karya sastra. Puas?"- Raka
Selain menyajikan persahabatan, penulis juga menyajikan paket lengkap love story yang dikemas rapi dalam setiap konflik yang dihadirkan. Penulis juga lihai menyisipkan quotes-quotes populer dan unsur pengetahuan yang tidak terkesan menggurui. Penulis justru menaruh inti dan makna judul di akhir cerita mungkin dengan maksud agar pembaca terus penasaran agar menyelesaikan novel tersebut. Sayangnya, semakin kebelakang entah mengapa intensitas kekuatan cerita itu semakin melemah. Beberapa part sempat menjadi scene-scene garing yang tidak terlalu penting. Tapi jangan khawatir, di bab terakhir Insyaallah tidak menyesal. Thumbs up! Good enough :)
"orang yang nggak bisa menghargai dirinya sendiri, nggak akan pernah bisa menghargai orang lain." - Nathan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar