Kamis, 04 Oktober 2012

Public Speaking, Siapa Takut?!

Public speaking merupakan seni menyampaikan suatu informasi secara efektif dan efisien di depan umum. Seni ini bisa mempengaruhi banyak orang karena seni public speaking memiliki tujuan yakni menghibur, membangkitkan perasaan, serta memprovokasi seseorang agar melakukan suatu tindakan.

Namun bagi sebagian orang seni ini menjadi sebuah momok yang mengerikan. Terutama bagi orang yang masih merasa kurang percaya diri dan terkesan kaku ketika melakukan seni berbicara di depan publik. Ketika mendapat giliran berbicara di hadapan banyak orang jantung berdebum sangat keras, bulu kuduk meremang, seluruh badan menjadi panas dingin, lidah kelu, dan tawa audiens seolah olah menjatuhkan mental. Gara-gara grogi, fokus menjadi buyar. Semua yang ada di kepala ter-delete begitu saja.Sehingga hasilnya kata-kata yang keluar dari mulut menjadi berantakan.

Lalu adakah cara menghindari kejadian konyol seperti itu saat ber-public speaking? Bagaimana cara menguasai diri sendiri dan audiens? Mari simak beberapa tips yang bisa kita praktekkan untuk meminimalisir rasa grogi ketika berbicara di hadapan orang dalam jumlah jamak.

Atur nafas saat hendak memulai berbicara. Hal ini dapat membantu mengkondisikan seluruh bagian tubuh kita untuk bersiap sekaligus meredakan degup jantung. Sebisa mungkin awali dengan senyuman dan edarkan pandangan  menyapu ruangan untuk beradaptasi dengan kondisi dalam waktu singkat. Kirimkan sugesti pada diri sendiri dengan menganggap audiens sebagai sahabat atau keluarga kita sendiri. Seakan-akan kita sedang melakukan sebuah obrolan dengan mereka. Mulailah berbicara dengan menyapa dan mengucapkan salam pada audiens. Kemudian perkenalkan diri kita dengan menyebut nama dan asal kita.

Ada beberapa teknik yang perlu kita perhatikan saat kita menyampaikan informasi di depan banyak orang yakni intonasi, aksentuasi, artikulasi, kecepatan, bahasa tubuh dan mata, serta penampilan.

Intonasi berkaitan dengan nada saat kita berbicara. Kita harus mengontrol nada suara kita agar lebih enak didengar, tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah. Temukan nada yang pas seperti saat kita bercakap-cakap biasa dengan orang lain.

Aksentuasi adalah cara kita menyampaikan dengan menciptakan gaya bicara sendiri yang khas. Bagaimana meletakkan penekanan-penekanan pada kata tertentu agar lebih banyak perhatian audiens yang tertuju pada kita.

Artikulasi menjadi aspek penting juga karena menentukan bagaimana suara kita dapat didengar dengan jelas. Agar artikulasi kita terdengar baik, kita bisa berlatih mengucapkan huruf-huruf vocal dengan benar.

Kecepatan berbicara kita pun diperhatikan. Sebab kita sedang berbicara untuk orang lain, bukan untuk diri sendiri. Audiens juga perlu memahami apa yang kita katakan. Jadi kita harus menyesuaikan tempo agar audiens bisa menyerap informasi yang kita samapaikan.

Selain kita berbicara dengan mulut, kita pun harus melibatkan anggota tubuh termasuk mata. Ini yang kita sebut dengan komunikasi non-verbal. Gerakan-gerakan tangan dan badan kita bisa membantu perhatian audiens untuk memvisualisasikan apa yang kita ucapkan. Sedang bahasa mata lebih menunjukkan seberapa besar kesungguhan kita dalam menyampaikan sesuatu.

Yang terakhir yaitu penampilan kita bisa saja berpengaruh pada audiens. Bagaimana pakaian yang kita kenakan bisa menaruh judgement orang lain untuk diri kita. Baju yang terlalu mencolok juga dapat menganggu konsentrasi audiens. Cukup kenakan pakaian yang sederhana tetapi rapi.

Untuk menjadi public speaker yang baik memang tidak bisa dilakukan secara yang instan. Beberapa poin diatas hanya sekedar tips untuk membuka mata kita bahwa semua sebenarnya bisa berbicara di hadapan umum dengan baik, hanya saja kita harus membenarkan beberapa hal yang kurang tepat. Cobalah berlatih di depan kaca. Apalah artinya sebuah tips jika tidak dipraktikkan. (Ridha A.Rizki)

Untuk Tugas Praktikum PTI. 
Sumber referensi : Kiat Praktis Komunikasi, Terry Felber – Penerbit BIP


Tidak ada komentar:

Posting Komentar